Patitimes.com, Madrid, Spanyol – Unjuk rasa besar-besaran pro Palestina mengguncang ibu kota Spanyol, Madrid, pada Minggu (14/9/2025), memaksa penyelenggara membatalkan etape terakhir balapan sepeda bergengsi Vuelta a Espana.
Ribuan pengunjuk rasa menyerbu jalur yang seharusnya menjadi tempat para pesepeda menyelesaikan perlombaan, mengubah atmosfer balapan menjadi arena solidaritas politik internasional.
Peristiwa ini menarik perhatian dunia, bukan hanya karena dampaknya terhadap ajang olahraga besar, tetapi juga karena tingginya intensitas dukungan masyarakat Spanyol terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Ribuan Massa Penuhi Jalur Balap di Madrid
Dikutip dari AFP, ribuan demonstran pro Palestina memadati pusat kota Madrid, khususnya di Gran Via, lokasi utama etape penutup Vuelta a Espana 2025. Demonstran merobohkan pembatas jalan, meneriakkan slogan-slogan boikot terhadap Israel, dan memenuhi udara dengan asap berwarna hijau dan merah—warna yang identik dengan bendera Palestina.
Aksi tersebut terjadi saat para pesepeda berada sekitar 56 kilometer dari garis finis. Karena alasan keamanan dan ketertiban, balapan akhirnya dihentikan dan dibatalkan.
Balapan Dibatalkan, Jonas Vingegaard Juara Tanpa Selebrasi
Dengan keputusan pembatalan etape terakhir, pembalap asal Denmark Jonas Vingegaard, yang telah unggul 1 menit 16 detik atas Joao Almeida, resmi dinobatkan sebagai juara Vuelta a Espana 2025. Ini adalah kemenangan perdananya di ajang Vuelta, setelah sebelumnya dua kali menjuarai Tour de France.
Namun, kemenangan itu terasa pahit. Penyelenggara memutuskan untuk tidak mengadakan prosesi podium, sehingga para pemenang tidak mendapatkan momen selebrasi di hadapan publik.
“Sayang sekali momen abadi seperti itu direnggut dari kami,” ujar Vingegaard dengan nada kecewa.
“Saya sangat menantikan untuk merayakan kemenangan ini bersama tim dan para penggemar. Setiap orang berhak untuk berunjuk rasa, tetapi tidak dengan cara yang memengaruhi atau membahayakan balapan kami,” tambahnya.
Polisi Terlibat Bentrokan, Demonstran Klaim “Palestina Menang”
Bentrokan sempat terjadi di sekitar Stasiun Atocha, salah satu titik konsentrasi demonstran. Polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa. Namun, karena jumlah pengunjuk rasa terus bertambah dan tekanan publik meningkat, pihak kepolisian akhirnya membuka jalan dan membiarkan massa mengambil alih rute balap.
Keputusan untuk membatalkan etape balapan disambut sorak sorai oleh para pengunjuk rasa, yang meneriakkan yel-yel seperti “Palestina memenangkan Vuelta ini!”
Penolakan terhadap Tim Israel-Premier Tech
Sejak awal Vuelta a Espana 2025, sejumlah etape sudah menghadapi gangguan akibat protes yang menentang partisipasi tim Israel-Premier Tech, sebuah tim balap sepeda swasta yang mewakili Israel. Para aktivis menganggap keikutsertaan tim tersebut sebagai bentuk legitimasi terhadap tindakan Israel dalam konflik di Gaza.
Demonstrasi pada etape terakhir menjadi puncak dari rangkaian protes yang telah berlangsung selama beberapa hari sebelumnya.
Dukungan Terbuka dari Pemerintah Spanyol
Yang menarik, unjuk rasa ini bukan hanya mendapat dukungan dari masyarakat sipil, tetapi juga dari kalangan pemerintah. Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez bahkan menyatakan rasa bangganya terhadap protes damai tersebut.
“Saya merasa bangga melihat bagaimana masyarakat kami menyuarakan solidaritas terhadap Palestina,” kata Sanchez dalam pernyataan resminya.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Spanyol dari partai sayap kiri, Yolanda Diaz, mengunggah pernyataan tegas melalui akun Instagram-nya. Ia mengatakan bahwa Israel tidak seharusnya diizinkan mengikuti ajang olahraga internasional jika terus melakukan aksi yang ia sebut sebagai “genosida” terhadap warga Palestina.
“Masyarakat Spanyol telah memberi pelajaran kepada dunia dengan melumpuhkan Vuelta,” tulis Diaz.
Sebelumnya, Diaz juga telah dilarang masuk Israel karena kritik kerasnya terhadap operasi militer di Gaza.
Peristiwa ini menandai babak baru dalam keterlibatan publik Eropa, khususnya Spanyol, dalam isu Palestina. Aksi besar-besaran yang berdampak langsung pada ajang olahraga internasional seperti Vuelta a Espana menunjukkan bahwa dukungan terhadap Palestina kini telah meluas ke berbagai lini kehidupan, termasuk olahraga.
Meski mengorbankan momen puncak dalam dunia balap sepeda, protes ini berhasil menarik perhatian dunia terhadap isu yang lebih besar: krisis kemanusiaan di Palestina.
markom Patitimes.com