Patitimes.com- Sunat perempuan atau female genital mutilation (FGM) masih menjadi praktik mengerikan yang dialami jutaan perempuan di dunia, terutama di negara-negara Afrika seperti Somalia. Salah satu penyintas FGM yang berani angkat bicara adalah Zainab Jama, kontestan ajang Miss World 2025 asal Somalia.
Dalam sesi Head-to-Head Challenge Miss World yang digelar pada Selasa, 20 Mei 2025, Zainab mengungkap kisah traumatis yang ia alami di usia 7 tahun. Kala itu, ia sedang bermain bersama teman-temannya ketika tiba-tiba dibawa masuk ke sebuah ruangan gelap. Tanpa penjelasan, ia dipaksa menjalani prosedur sunat oleh tiga perempuan dewasa yang bukan tenaga medis.
“Mereka memotong klitoris saya, menyayat bagian labia dalam dan luar. Tidak ada obat bius, hanya rasa sakit yang luar biasa. Saya menangis dan merengek, tetapi disuruh diam dan bangga, karena katanya ini bagian dari tradisi,” ucap Zainab yang kini berusia 23 tahun.
Proses Infibulasi: Jenis FGM Paling Parah
Zainab menjalani prosedur infibulasi, jenis FGM paling ekstrem yang melibatkan pemotongan dan penjahitan area genital hingga hanya menyisakan lubang kecil untuk urin dan darah. Setelah proses itu, ia ditinggalkan di ruangan gelap selama berhari-hari dengan kaki terikat rapat. Tanpa pengobatan, tanpa hiburan, hanya arang untuk menggambar dan bertahan hidup.
“Saya mengalami perdarahan setiap hari. Banyak anak perempuan yang tidak selamat. Saya selamat, tetapi luka batinnya menetap,” ungkap Zainab dengan suara bergetar.
Trauma yang Membentuk Aktivisme
Trauma masa kecil tersebut mendorong Zainab untuk tidak tinggal diam. Ia mendirikan Female Initiative Foundation, sebuah yayasan yang bertujuan menghapus praktik sunat perempuan dan menyadarkan masyarakat bahwa tradisi tidak boleh melukai anak perempuan.
“Ibu dan nenek kita diajarkan bahwa rasa sakit ini adalah bagian dari menjadi perempuan. Tapi tidak, ini salah. Saya tak bisa mengubah masa lalu, tapi saya bisa berjuang untuk masa depan anak-anak perempuan lainnya,” ujar Zainab yang tumbuh besar di Inggris sebagai pencari suaka.
Yayasan ini aktif menjalankan edukasi ke komunitas, sekolah, dan para ibu melalui kampanye akar rumput. Zainab menggunakan platformnya sebagai Miss World Somalia untuk menyuarakan perlawanan terhadap FGM, yang menurut data WHO dan UNFPA, masih dilakukan pada 98% perempuan Somalia.
FGM Bukan Tradisi, Tapi Kekerasan
FGM bukan hanya tindakan kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan psikologis. Organisasi kesehatan dunia seperti WHO, UNICEF, dan UNFPA telah lama mengecam praktik ini. Sunat perempuan tidak memiliki manfaat medis apa pun, bahkan membahayakan jiwa.
Menurut laporan UNFPA, FGM menimbulkan berbagai risiko jangka pendek seperti nyeri ekstrem, pendarahan hebat, infeksi serius, retensi urin, hingga kematian. Sementara itu, risiko jangka panjang mencakup komplikasi saat melahirkan, gangguan seksual, pembentukan kista, trauma psikologis, hingga kerusakan permanen pada sistem reproduksi.
Selain itu, korban FGM juga rentan mengalami penurunan kualitas hidup, gangguan kecemasan, depresi, bahkan trauma seksual yang berkepanjangan.
Suara Zainab Jadi Harapan Baru
Kisah Zainab Jama menjadi pengingat bahwa praktik sunat perempuan masih nyata dan merenggut hak-hak dasar perempuan. Ia adalah suara dari jutaan korban FGM yang tidak bisa bersuara. Keberaniannya menyuarakan pengalaman pahit di panggung dunia menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari keberanian satu orang.
Lewat aktivismenya, Zainab berharap dunia internasional, terutama komunitas di Somalia dan wilayah lain yang masih menjalankan praktik ini, bisa berhenti menganggap FGM sebagai tradisi mulia, dan mulai mengakui bahwa ini adalah bentuk kekerasan yang harus dihentikan.
Dukung Penghapusan FGM Sekarang Juga
Sunat perempuan bukan isu individu, melainkan isu global yang membutuhkan perhatian semua pihak. Dukungan masyarakat, edukasi, dan tekanan internasional sangat penting untuk menghapuskan praktik ini.
Jika kamu ingin ikut berkontribusi, kamu bisa:
- Mengedukasi orang-orang terdekat soal bahaya FGM
- Mendukung organisasi seperti Female Initiative Foundation
- Menyebarkan informasi melalui media sosial
- Menyuarakan penolakan terhadap praktik kekerasan berbasis gender
Dengan makin banyak yang sadar, makin besar harapan kita untuk melihat generasi perempuan berikutnya tumbuh tanpa takut, tanpa luka, dan tanpa harus mengorbankan tubuh mereka demi tradisi yang salah kaprah.
markom Patitimes.com