Waspada! Ini 5 Risiko Fatal Pakai Paylater untuk Gaya Hidup Konsumtif

Patitimes.com– Di era digital yang serba cepat ini, layanan keuangan seperti paylater menjadi pilihan banyak orang untuk memenuhi kebutuhan secara instan. Kemudahan membeli barang tanpa harus membayar di muka membuat paylater semakin digemari, terutama oleh generasi milenial dan Gen Z. Namun, penggunaan paylater untuk kebutuhan konsumtif seperti belanja fashion, gadget, atau liburan, bisa menjadi bumerang jika tidak digunakan secara bijak.

Meskipun terlihat praktis dan menguntungkan di awal, ada banyak risiko tersembunyi dari penggunaan paylater, terutama jika digunakan untuk kebutuhan yang sifatnya bukan prioritas. Berikut ini adalah 5 risiko utama menggunakan paylater untuk kebutuhan konsumtif yang wajib kamu ketahui agar tidak terjerumus dalam jeratan utang.

1. Bunga dan Biaya Tambahan yang Tinggi

Salah satu risiko paling jelas dari paylater adalah bunga dan biaya tambahan yang bisa menumpuk. Meskipun banyak platform paylater mengklaim “bunga 0%”, sebenarnya mereka menyelipkan biaya administrasi, biaya layanan, hingga denda keterlambatan yang cukup tinggi. Dalam jangka panjang, kamu bisa membayar jauh lebih mahal dari harga barang yang dibeli.

Contohnya, jika kamu membeli barang seharga Rp1 juta dan memilih cicilan paylater 3 bulan, kamu mungkin akan membayar total hingga Rp1,1 juta atau lebih. Bayangkan jika kamu melakukannya berkali-kali untuk barang konsumtif pengeluaranmu akan jauh membengkak.

2. Tergoda untuk Boros dan Belanja Impulsif

Salah satu jebakan psikologis dari paylater adalah ilusi bahwa kamu tidak sedang mengeluarkan uang. Karena tidak membayar di awal, banyak orang terdorong untuk membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Ini disebut dengan belanja impulsif—membeli karena keinginan sesaat, bukan karena kebutuhan nyata.

Dalam jangka panjang, kebiasaan ini bisa menimbulkan gaya hidup konsumtif dan menjauhkan kamu dari tujuan keuangan yang sehat, seperti menabung atau berinvestasi.

3. Risiko Gagal Bayar dan Masuk Blacklist BI Checking

Menggunakan paylater tanpa perhitungan yang matang bisa menyebabkan gagal bayar. Ketika kamu menunggak cicilan, namamu bisa tercatat dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK atau dikenal juga dengan BI Checking.

Jika sudah masuk daftar hitam, kamu akan kesulitan mendapatkan pinjaman bank, KPR, kartu kredit, atau pembiayaan lainnya di masa depan. Ini bisa merusak reputasi finansialmu secara jangka panjang, meski utang yang tertunggak hanya ratusan ribu rupiah.

4. Menumpuknya Utang Konsumtif Tanpa Aset

Berbeda dengan kredit produktif (seperti pinjaman usaha atau KPR) yang menghasilkan aset atau pendapatan, paylater untuk konsumsi tidak memberikan nilai tambah secara ekonomi. Kamu hanya akan memiliki barang konsumtif yang nilainya terus menurun, namun tetap harus membayar utangnya dengan bunga.

Kondisi ini membuat keuangan kamu makin tertekan karena utang terus bertambah, tetapi aset tidak bertumbuh. Dalam situasi tertentu, hal ini bisa memicu stres, kecemasan, bahkan konflik rumah tangga akibat tekanan finansial.

5. Membentuk Kebiasaan Keuangan yang Tidak Sehat

Paylater yang digunakan secara berulang untuk konsumsi tanpa pertimbangan akan membentuk kebiasaan finansial yang buruk. Kamu terbiasa berutang untuk gaya hidup, bukan untuk kebutuhan produktif. Pola ini bisa terbawa hingga usia dewasa dan menjadi kebiasaan jangka panjang yang sulit diubah.

Kebiasaan ini akan mempersulit kamu dalam mengelola anggaran bulanan, membuat prioritas keuangan, dan mencapai tujuan keuangan seperti dana darurat, tabungan pendidikan, atau pensiun.

Tips Bijak Menggunakan Paylater

Jika kamu tetap ingin menggunakan paylater, berikut beberapa tips agar tetap aman dan tidak merusak kondisi keuangan:

  • Gunakan hanya untuk kebutuhan mendesak dan produktif, bukan konsumtif.

  • Batasi jumlah cicilan agar tidak melebihi 30% dari penghasilan bulanan.

  • Selalu baca syarat dan ketentuan, termasuk bunga, biaya layanan, dan denda keterlambatan.

  • Cek histori pembayaran dan skor kredit secara berkala untuk menghindari masuk blacklist.

  • Evaluasi kebutuhan sebelum membeli—tanya pada diri sendiri: “Apakah saya benar-benar butuh barang ini?”

Paylater bisa menjadi alat keuangan yang berguna jika digunakan secara bijak dan sesuai kebutuhan. Namun, ketika digunakan untuk kebutuhan konsumtif, risikonya justru bisa merugikan secara finansial dan psikologis. Bunga tinggi, utang menumpuk, hingga reputasi keuangan yang rusak adalah konsekuensi nyata dari penggunaan paylater tanpa kontrol.

Jadi, sebelum klik “bayar pakai paylater”, pastikan kamu benar-benar membutuhkannya dan sudah memperhitungkan kemampuan membayar. Utamakan kebutuhan, bukan keinginan, dan jadilah pengguna paylater yang cerdas.

Berita Terkait