Meski Daya Beli Menurun, Kunjungan Wisatawan ke Candi Borobudur Tetap Stabil

Patitimes.com – Di tengah menurunnya daya beli masyarakat akibat situasi ekonomi global, kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur tetap menunjukkan tren positif. Kawasan warisan dunia UNESCO ini bahkan mengalami transformasi besar, baik dari segi pengelolaan maupun kualitas pengunjung yang datang.

PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (PT TWC), selaku pengelola resmi Candi Borobudur, menyatakan bahwa meski secara jumlah belum kembali seperti masa sebelum pandemi COVID-19, kualitas pengunjung justru meningkat signifikan.

“Kalau dulu kebanyakan dari kelas B atau menengah, sekarang mayoritas yang naik ke candi adalah wisatawan kelas A. Mereka datang dengan niat untuk belajar, menghargai warisan budaya, dan mendukung pariwisata berkelanjutan,” ujar AY Suhartanto, Commercial/Customer Experience Group Head PT TWC, saat ditemui di kawasan Candi Borobudur, Yogyakarta.

Harga Tiket Borobudur Terbaru 2024

Transformasi juga terlihat dari penyesuaian skema tiket. Saat ini, harga tiket naik ke Candi Borobudur adalah Rp 120.000 untuk wisatawan domestik. Harga ini sudah termasuk sandal upanat (sandal khusus buatan warga lokal) dan jasa pemandu wisata profesional. Sementara itu, tiket masuk kawasan Candi Borobudur tetap di angka Rp 50.000.

Baca Juga :  Presiden Prabowo Subianto Terima Kunjungan Resmi PM Malaysia Anwar Ibrahim di Istana Merdeka, Bahas Penguatan Hubungan Bilateral

“Dulu sempat ada isu bahwa tiket naik ke candi sampai Rp 750 ribu. Itu hoaks. Faktanya, cukup Rp 50 ribu untuk masuk ke kawasan, dan Rp 70 ribu tambahan jika ingin naik ke struktur candi. Tiket ini justru selalu sold out setiap harinya,” tegas Suhartanto.

Model tarif ini tak hanya memberikan pengalaman wisata budaya yang lebih berkesan, tetapi juga menciptakan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat sekitar. Mulai dari perajin sandal upanat, pemandu lokal, hingga pengelola logistik, semua dilibatkan dalam ekosistem pariwisata berkelanjutan.

Pembatasan Kuota Naik ke Candi Masih Berlaku

Hingga saat ini, pengunjung yang ingin naik ke struktur candi masih dibatasi hanya 1.200 orang per hari. Namun, pengaturannya kini lebih fleksibel dibandingkan tahun sebelumnya.

“Wisatawan kini bisa naik dan turun sesuai kondisi, tidak lagi dibatasi satu jam saja seperti dulu. Ini memberi ruang gerak yang lebih nyaman, sekaligus menjaga kelestarian struktur candi,” tambah Suhartanto.

Baca Juga :  Warga Saudi Terseret Arus di Pantai Batu Belig Bali, Kedutaan Saudi Aktif Pantau Proses Pencarian

Jumlah Wisatawan Masih Dalam Tahap Pemulihan

Menurut Yusuf Eko Nugroho, Pgs. Commercial Group Head PT TWC, kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur sempat mencapai 4-6 juta per tahun sebelum pandemi. Namun, pada 2024, jumlahnya baru sekitar 1,5 juta.

“Memang belum kembali seperti dulu, tapi trennya terus membaik. Misalnya, pada Juli–Agustus, 75% pengunjung adalah wisatawan mancanegara. Sementara saat musim liburan sekolah, Lebaran, Natal, dan Waisak, dominasi pengunjung adalah wisatawan domestik,” jelas Eko.

Pasar Wisatawan Mancanegara Candi Borobudur

Kawasan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, tetap menjadi magnet utama bagi wisatawan asing. Pasar utama berasal dari Malaysia dan Singapura, dengan tren kunjungan yang stabil sepanjang tahun. Dari Eropa, Belanda menjadi penyumbang wisatawan terbanyak, diikuti oleh Tiongkok, Perancis, Spanyol, dan Italia.

Menariknya, negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan yang sebelumnya mendominasi kini mengalami penurunan jumlah kunjungan.

“Setiap pasar kami perlakukan dengan strategi khusus. Untuk wisatawan Eropa, misalnya, kami fokus pada pengalaman budaya dan spiritual. Sementara untuk ASEAN, pendekatan lebih ke kemudahan akses dan promosi kolaboratif dengan agen perjalanan,” tambah Eko.

Baca Juga :  Warga Saudi Terseret Arus di Pantai Batu Belig Bali, Kedutaan Saudi Aktif Pantau Proses Pencarian

Wisata Budaya dan Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia

Transformasi Candi Borobudur tidak hanya terlihat dari sisi tiket dan manajemen pengunjung, tetapi juga dari konsep besar menuju pariwisata yang lebih berkelanjutan. Fokus utama adalah pelestarian budaya, edukasi, dan keterlibatan masyarakat dalam ekosistem pariwisata.

“Candi Borobudur bukan lagi hanya tempat foto-foto atau destinasi turis massal. Sekarang kita bicara soal wisata edukatif dan transformatif, yang mendukung kelestarian budaya sekaligus memberikan manfaat nyata bagi warga sekitar,” tutup Eko.

Dengan strategi yang lebih matang, pendekatan berbasis komunitas, dan peningkatan kualitas layanan, kunjungan wisatawan ke Candi Borobudur diyakini akan terus meningkat. Kawasan ini tetap menjadi ikon wisata budaya Indonesia yang tak hanya indah secara visual, tetapi juga sarat makna dan nilai sejarah.