Patitimes.com– Film animasi Merah Putih: One For All yang dijadwalkan tayang pada 14 Agustus 2025 menjadi salah satu berita terpopuler Senin (11/8). Film garapan Perfiki Kreasindo ini tengah menghadapi kritik tajam dari masyarakat, pelaku industri, bahkan Badan Perfilman Indonesia (BPI). Polemik soal kualitas visual, anggaran produksi, hingga timing penayangan menjadi sorotan utama.
Kritik Tajam dari Publik dan Pelaku Industri
Trailer Merah Putih: One For All yang dirilis beberapa waktu lalu menuai banyak kecaman. Banyak netizen menilai kualitas animasi film tersebut masih kaku dan belum maksimal. Mereka membandingkan Merah Putih dengan film animasi lokal lain yang sukses seperti JUMBO yang meraih kesuksesan besar dan diapresiasi karena kualitasnya.
Muncul pula komentar kecewa dari para pelaku industri animasi di Indonesia, yang berharap film produksi lokal terus menunjukkan kemajuan kualitas agar mampu bersaing di kancah internasional. Sayangnya, Merah Putih dianggap belum memenuhi standar tersebut.
Produser Merah Putih Santai Menanggapi Kritik
Di tengah kritik yang deras, produser film Merah Putih: One For All, Toto Soegriwo, justru tampak santai dan tak ambil pusing. Ia menanggapi sindiran serta komentar negatif dengan nada ringan, “Senyumin aja. Komentator lebih pandai dari pemain,” ujarnya.
Sikap ini memicu perdebatan di kalangan netizen dan pelaku film. Ada yang menilai produser terlalu meremehkan kritik, sementara sebagian lainnya menghargai ketenangan dan kepercayaan dirinya menghadapi tekanan.
Anggaran Produksi Rp 6,7 Miliar Dinilai Terlalu Kecil
Salah satu titik kritik utama datang dari sutradara Hanung Bramantyo. Ia menyoroti anggaran produksi film animasi Merah Putih yang diklaim hanya sekitar Rp 6,7 miliar. Menurut Hanung, budget sebesar itu sangat minim untuk menghasilkan animasi berkualitas tinggi.
“Budget 7M untuk Film Animasi, potong pajak 13% jadi kisaran 6M, sekalipun tidak dikorupsi, hasilnya tetap JELEK!!! FYI, Budget pembuatan Film Animasi minimal di 30-40M di luar promosi. Dan dikerjakan dalam jangka waktu 4-5 tahun,” tulis Hanung di media sosial Threads miliknya.
Hanung juga mempertanyakan kenapa film ini mendapat slot tayang bioskop di tengah ratusan judul film Indonesia lain yang masih antre untuk rilis. Ia menyebutnya ironis dan terkesan terburu-buru.
Tuduhan Tak Didanai Pemerintah dan Proses Produksi Singkat
Toto Soegriwo menjelaskan bahwa Merah Putih: One For All sama sekali tidak mendapat dana dari pemerintah. Proses produksi film ini dilakukan dalam waktu hanya satu bulan, yang menurut banyak pihak menjadi salah satu faktor di balik kualitas animasi yang dianggap kurang maksimal.
Penjelasan ini semakin mengundang kritik dan keheranan, terutama dari kalangan profesional animasi yang memahami bahwa proses pembuatan animasi berkualitas butuh waktu dan sumber daya lebih besar.
Badan Perfilman Indonesia (BPI) Kecewa, Tak Ada Konsultasi Sebelum Penayangan
Ketua BPI, Gunawan Pagaru, menyatakan kekecewaannya atas kualitas film Merah Putih dan mengungkapkan bahwa Perfiki Kreasindo tidak pernah berkonsultasi dengan BPI terkait penayangan film animasi ini.
“Enggak ada konsultasi. Justru saya tahu minggu-minggu ini aja, setelah ramai,” ujar Gunawan saat dihubungi kumparan, Senin (11/8).
Gunawan menilai trailer film ini sudah menunjukkan banyak kelemahan, seperti logika cerita yang tidak berjalan dan animasi yang kurang halus. Ia merasa kehadiran film ini justru berpotensi mencemari citra positif industri animasi Indonesia yang tengah berkembang pesat, terutama dengan kesuksesan film seperti JUMBO dan film animasi baru Panji Tengkorak yang sedang dipersiapkan.
Industri Animasi Indonesia dan Harapan ke Depan
Kritik dan kekecewaan yang muncul atas Merah Putih menjadi perhatian penting bagi industri animasi tanah air. Dengan makin banyaknya karya lokal yang meraih sukses, seperti JUMBO yang menjadi salah satu film Indonesia terlaris, standar kualitas semakin dituntut untuk terus naik.
Gunawan Pagaru menegaskan, “Sesuatu kalau dibuat secara serius, ya mendekati bagus sih, pasti.” Pernyataan ini mengingatkan pentingnya dedikasi dan sumber daya yang memadai untuk menghasilkan karya animasi yang layak di mata penonton dan industri global.
Film animasi Merah Putih: One For All menjadi bahan perbincangan hangat jelang penayangannya pada 14 Agustus 2025. Kritik tajam mengenai kualitas visual, anggaran produksi yang kecil, serta waktu pengerjaan yang singkat memicu keprihatinan banyak pihak.
Respons santai produser Toto Soegriwo, tuduhan tidak adanya dana pemerintah, serta kecaman dari sosok terkemuka seperti Hanung Bramantyo dan Badan Perfilman Indonesia menambah kompleksitas polemik ini. Meski begitu, momentum ini dapat menjadi bahan evaluasi penting agar industri animasi Indonesia semakin maju dan mampu menghasilkan karya berkualitas dunia.
markom Patitimes.com