Film A Normal Woman: Ketika Hidup Terlihat Sempurna Tapi Hati Merasa Kosong

Jakarta,Patitimes.com – Di tengah pencapaian karier yang cemerlang, penampilan yang selalu terlihat sempurna, serta kehidupan yang tampak ideal di mata publik, banyak perempuan diam-diam merasa lelah dan kosong. Inilah realita yang diangkat dalam film orisinal terbaru Netflix Indonesia berjudul A Normal Woman.

Disutradarai oleh Sutradara ternama Indonesia dan dibintangi oleh Marissa Anita, film ini menghadirkan narasi menyentuh tentang pergulatan batin seorang perempuan modern yang tampak “normal”, namun menyimpan gejolak besar di dalam dirinya.

Kisah Milla: Sosialita yang Terjebak Dalam Ekspektasi

A Normal Woman mengikuti perjalanan Milla, seorang sosialita yang hidup dalam kemewahan dan citra sempurna. Ia punya segalanya—rumah mewah, pasangan, keluarga terpandang, dan kehidupan sosial yang ramai. Namun, di balik semua itu, Milla mulai merasa ada yang salah.

Tubuhnya sering merasa sakit, pikirannya gelisah, dan jiwanya seolah tak tenang. Ia pergi ke dokter, namun hasilnya nihil—tidak ada penjelasan medis yang masuk akal. Inilah titik di mana Milla mulai mempertanyakan segalanya, termasuk: “Siapa aku sebenarnya?”

Perempuan dan Beban Banyak Peran

Film ini tak sekadar bercerita soal perempuan kaya yang kesepian. A Normal Woman menyentuh isu yang lebih dalam—tentang bagaimana perempuan sering merasa harus memainkan banyak peran sekaligus:

  • Menjadi anak yang baik
  • Menantu yang ideal
  • Istri yang kuat
  • Perempuan karier yang sukses
Baca Juga :  Film Terakhir Fast & Furious Resmi Dirilis April 2027, Vin Diesel Janjikan Kembalinya Brian O’Conner

Semua dilakukan demi memenuhi ekspektasi sosial. Namun, dalam proses itu, banyak perempuan justru kehilangan jati dirinya sendiri.

Lewat karakter Milla dan konflik sekitarnya, film ini membuka mata penonton bahwa tekanan sosial, trauma masa kecil, relasi yang toksik, dan ekspektasi keluarga bisa menyumbang keretakan jiwa yang pelan-pelan menggerogoti.

Realita yang Dekat dengan Kehidupan Perempuan

Cerita Milla mungkin fiktif, tapi sangat relevan. Ia punya ibu yang menjadikan anaknya sebagai “proyek hidup”, mertua yang terlalu ikut campur rumah tangga, dan pasangan yang hadir secara fisik tapi absen secara emosional. Semua ini begitu dekat dengan kenyataan yang dialami banyak perempuan.

Kondisi seperti ini seringkali tak terlihat oleh orang luar. Di permukaan, perempuan seperti Milla terlihat baik-baik saja. Tapi jauh di dalam hati, mereka menyimpan luka yang tak diketahui siapa pun.

Baca Juga :  Film Terakhir Fast & Furious Resmi Dirilis April 2027, Vin Diesel Janjikan Kembalinya Brian O’Conner

Makna Self-Care yang Sebenarnya

Film A Normal Woman menyoroti bahwa self-care bukanlah tentang skincare, spa, atau liburan mewah. Self-care sejati adalah keberanian untuk jujur pada diri sendiri, mengakui luka, dan berani memutus pola hidup yang menyakitkan—meskipun terlihat “normal” dan diterima oleh masyarakat.

Marissa Anita, pemeran utama Milla, menyampaikan pesan mendalam saat konferensi pers film ini di Plaza Senayan, Rabu (23/7).

“Jangan lihat kanan-kiri, banyak berdiam diri seperti merenung, menulis, itu sih caranya. Karena di era media sosial ini, orang jadi terlalu banyak membandingkan kanan kiri. Itu lah yang sebenarnya membuat kita sulit mencari diri kita yang otentik,” ujar Marissa.

Healing Bukan Tren, Tapi Kebutuhan

Salah satu kekuatan film ini adalah bagaimana ia menekankan bahwa proses penyembuhan (healing) bukanlah tren kekinian, melainkan kebutuhan nyata. Dalam proses itu, perempuan perlu mengambil kembali bagian-bagian dari dirinya yang hilang akibat tekanan sosial dan keluarga.

Baca Juga :  "Sore: Istri dari Masa Depan" Tembus 2 Juta Penonton, Jadi Film Terlaris Karya Yandy Laurens

Dan proses ini tak selalu cantik. Ada air mata, ada konflik batin, dan ada keputusan sulit. Tapi dari situlah kekuatan sejati perempuan muncul—ketika ia berani menyembuhkan dirinya sendiri.

Refleksi untuk Penonton Perempuan

Film A Normal Woman bisa menjadi cermin bagi banyak perempuan urban saat ini. Sebelum terus mengejar citra sempurna di mata orang lain, penting untuk menanyakan satu hal sederhana kepada diri sendiri:

“Bagaimana perasaanku hari ini?”

Karena sebagai perempuan, kita tidak harus selalu terlihat kuat atau baik-baik saja.

A Normal Woman bukan sekadar film drama keluarga biasa. Ini adalah karya penuh makna yang mengajak penonton—terutama perempuan—untuk berhenti sejenak, mendengarkan suara hati, dan berani merawat diri secara utuh. Netflix Indonesia kembali menghadirkan konten lokal yang tak hanya menghibur, tapi juga membuka ruang diskusi tentang isu psikologis yang sering tersembunyi di balik senyum perempuan modern.