Lula Tegaskan Brasil Bisa Bertahan Tanpa AS, Balas Ancaman Tarif Trump

Patitimes.com– Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva menyatakan dengan tegas bahwa Brasil mampu bertahan tanpa perdagangan dengan Amerika Serikat (AS), menyusul ancaman tarif impor sebesar 50 persen yang dilontarkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Pernyataan ini disampaikan Lula dalam wawancara yang dikutip oleh Bloomberg pada Jumat (11/7), sebagai respons atas kebijakan perdagangan yang dinilai tidak bersahabat dari pemerintah AS.

“Kita harus mencari mitra lain untuk membeli produk kita. Perdagangan Brasil dengan AS hanya 1,7 persen dari PDB,” kata Lula.

Ia menambahkan bahwa Brasil tidak tergantung pada Amerika Serikat dan memiliki kapasitas untuk menjalin kemitraan dagang yang lebih beragam.

“Bukan berarti kita tak bisa hidup tanpa AS,” tegas Lula.

Lula Serukan Kedaulatan dan Diversifikasi Mitra Dagang

Dalam dua wawancara televisi terpisah, Presiden Lula menunjukkan sikap tegas terhadap kebijakan proteksionis AS. Ia menegaskan bahwa Presiden Donald Trump harus menghormati kedaulatan Brasil dan tidak bertindak seolah-olah memiliki hak atas urusan dalam negeri negara lain.

Menurut Lula, langkah Trump yang mengaitkan tarif impor dengan masalah hukum dalam negeri Brasil, termasuk kasus mantan Presiden Jair Bolsonaro, merupakan bentuk intervensi yang tidak dapat diterima.

“Trump harus belajar menghormati negara lain. Kita bukan milik siapa pun,” ujar Lula dalam salah satu wawancara tersebut.

Kritik Terhadap Dominasi Dolar AS

Lula juga melontarkan kritik terhadap dominasi dolar AS dalam perdagangan internasional. Ia menilai negara-negara berkembang seharusnya tidak diwajibkan untuk menggunakan dolar dalam transaksi lintas negara.

“Saya tak wajib beli dolar untuk berdagang dengan Venezuela, Bolivia, Swedia, atau China. Kita bisa berdagang dengan mata uang masing-masing,” ujarnya.

Gagasan ini sejalan dengan upaya negara-negara BRICS untuk menciptakan alternatif sistem pembayaran global yang lebih adil dan tidak bergantung pada satu mata uang dominan seperti dolar.

Baca Juga :  Trump Rencanakan Bubarkan Women’s Bureau, Biro Perempuan AS yang Telah Berdiri Sejak 1920

Latar Belakang Ancaman Tarif Trump

Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengeluarkan ancaman tarif sebesar 50 persen terhadap produk-produk asal Brasil, termasuk baja, aluminium, dan agrikultur. Langkah ini disampaikan melalui surat resmi kepada Lula, dengan menyebutkan ketidakpuasan terhadap situasi politik dalam negeri Brasil, termasuk investigasi terhadap Jair Bolsonaro.

Langkah tersebut memicu kemarahan di Brasil, terutama di kalangan pelaku industri yang terancam mengalami kerugian besar. Dalam responsnya, Lula menyatakan siap berdialog langsung dengan perusahaan-perusahaan yang terdampak, seperti produsen pesawat Embraer, produsen jus jeruk, dan perusahaan baja nasional.

“Saya akan berbicara dengan pelaku industri kita, bukan dengan seseorang yang bertindak tidak sopan,” ujar Lula mengacu pada Trump.

Brasil Siapkan Balasan Lewat UU Resiprositas

Meski menyatakan keterbukaan terhadap dialog, Lula memperingatkan bahwa Brasil akan mengambil langkah tegas jika tidak ada perkembangan dalam negosiasi perdagangan dengan AS sebelum tenggat waktu 1 Agustus 2025.

Baca Juga :  Iran Pertimbangkan Tutup Selat Hormuz Usai Serangan AS, Dunia Waspadai Krisis Energi Global

Pemerintah Brasil, kata Lula, siap menggunakan Undang-Undang Resiprositas, sebuah regulasi baru yang memungkinkan Brasil mengenakan sanksi dagang setimpal terhadap negara yang memberlakukan kebijakan diskriminatif terhadap ekspor Brasil.

“Brasil lebih suka dialog, tapi kalau negosiasi buntu, hukum itu akan diterapkan,” tegasnya.

Potensi Dampak Ekonomi dan Strategi Baru Brasil

Pernyataan Lula menunjukkan perubahan arah kebijakan luar negeri Brasil yang lebih berani dan independen. Dengan menyatakan kesiapan untuk mencari mitra dagang baru, Brasil berpotensi memperkuat hubungan dengan negara-negara di Asia, Eropa, dan sesama anggota BRICS seperti China dan India.

Brasil juga bisa memperluas kerja sama perdagangan dengan Afrika dan Timur Tengah sebagai bagian dari strategi diversifikasi pasar ekspor.

Baca Juga :  Trump Rencanakan Bubarkan Women’s Bureau, Biro Perempuan AS yang Telah Berdiri Sejak 1920

Para analis memperkirakan bahwa meskipun konfrontasi dagang dengan AS bisa berdampak jangka pendek pada sektor industri tertentu, namun dalam jangka panjang, langkah ini bisa mendorong Brasil untuk memperkuat ketahanan ekonominya dan mengurangi ketergantungan terhadap satu pasar.

Pernyataan Presiden Lula da Silva menjadi sinyal kuat bahwa Brasil siap untuk bersikap tegas dalam menjaga kedaulatan ekonominya. Ancaman tarif dari Donald Trump bukan hanya dianggap sebagai tantangan dagang, tetapi juga sebagai ujian terhadap kemandirian politik dan ekonomi Brasil.

Dengan menjajaki pasar baru dan menyerukan perdagangan tanpa dominasi dolar, Brasil di bawah kepemimpinan Lula ingin membuktikan bahwa negara berkembang pun bisa berdiri sejajar dalam sistem ekonomi global yang adil.