Patitimes.com – Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan hampir 1 persen pada penutupan perdagangan hari Rabu (25/6), setelah sempat anjlok tajam di awal pekan ini. Kenaikan harga ini didorong oleh permintaan yang relatif kuat di Amerika Serikat serta terciptanya stabilitas gencatan senjata antara Iran dan Israel, yang sempat memicu kekhawatiran pasar terhadap pasokan energi global.
Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah Brent naik sebesar 0,8 persen menjadi USD 67,68 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal AS naik 0,9 persen menjadi USD 64,92 per barel. Keduanya berhasil pulih setelah sempat mengalami penurunan tajam lebih dari 13 persen pada awal minggu ini.
Stabilitas Geopolitik Timur Tengah Berperan Besar
Salah satu faktor utama yang memicu pemulihan harga minyak adalah keberhasilan tercapainya gencatan senjata antara Iran dan Israel, yang diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump pada Selasa (24/6). Gencatan senjata ini menurunkan ketegangan geopolitik yang sebelumnya membuat pasar global waspada terhadap risiko gangguan pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah.
Sebelumnya, harga minyak melonjak tajam setelah Israel melancarkan serangan mendadak pada 13 Juni terhadap sejumlah fasilitas militer dan nuklir milik Iran. Ketegangan semakin meningkat setelah AS ikut terlibat dalam serangan terhadap infrastruktur nuklir Iran, menyebabkan harga minyak mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir.
Namun, setelah adanya gencatan senjata, risiko terhadap pasokan global mulai mereda, membuat harga minyak terkoreksi dari lonjakan sebelumnya.
“Meskipun kekhawatiran terhadap pasokan minyak dari Timur Tengah telah berkurang untuk saat ini, sentimen tersebut belum sepenuhnya hilang,” ujar analis pasar energi dari ING dalam laporan mereka. “Masih ada permintaan tinggi untuk pasokan segera, terutama dari konsumen utama seperti Amerika Serikat.”
Permintaan Domestik AS Meningkat, Stok Minyak Menurun
Kenaikan harga minyak juga didukung oleh data terbaru dari pemerintah AS yang menunjukkan penurunan signifikan dalam persediaan minyak mentah, bensin, dan sulingan pada minggu lalu.
Berdasarkan data mingguan Administrasi Informasi Energi AS (EIA):
- Stok minyak mentah turun sebanyak 5,8 juta barel, jauh di atas ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan hanya 797.000 barel.
- Persediaan bensin secara tak terduga menurun 2,1 juta barel, padahal sebelumnya diperkirakan akan naik sebanyak 381.000 barel.
Penurunan persediaan ini mengindikasikan bahwa permintaan bahan bakar dalam negeri meningkat, terutama menjelang musim liburan musim panas di AS. Bahkan, pasokan bensin naik ke level tertinggi sejak Desember 2021, yang mencerminkan meningkatnya aktivitas berkendara masyarakat Amerika.
Data Ekonomi AS Pengaruhi Ekspektasi Suku Bunga dan Harga Minyak
Faktor ekonomi makro juga turut mempengaruhi pergerakan harga minyak. Sejumlah data yang dirilis pada Rabu malam waktu setempat menunjukkan kemungkinan perlambatan pertumbuhan ekonomi AS, yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia.
Salah satunya adalah data keyakinan konsumen yang lebih rendah dari perkiraan. Hal ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan segera menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, kemungkinan paling cepat pada September 2025.
Jika Fed benar-benar memangkas suku bunga, hal ini diprediksi akan memicu pertumbuhan ekonomi baru, yang pada gilirannya dapat meningkatkan permintaan minyak global.
Harga Minyak Diperkirakan Terkonsolidasi
Menurut analis pasar independen Tina Teng, harga minyak mentah berpotensi untuk terkonsolidasi di kisaran USD 65 hingga USD 70 per barel dalam waktu dekat. Hal ini disebabkan oleh kombinasi antara:
- Meredanya ketegangan geopolitik,
- Permintaan kuat dari AS,
- Dan harapan pelonggaran kebijakan moneter AS.
“Para pelaku pasar saat ini sedang menunggu rilis data ekonomi lanjutan dari AS serta keputusan The Fed terkait kebijakan suku bunga. Kedua hal ini akan sangat menentukan arah pergerakan harga minyak dalam beberapa minggu ke depan,” ujar Tina Teng.
Kenaikan hampir 1 persen pada harga minyak mentah dunia menjadi sinyal positif bagi pasar energi, setelah dilanda ketidakpastian geopolitik dan tekanan ekonomi global. Dengan permintaan dari AS yang kuat serta stabilitas politik sementara di Timur Tengah, investor kini mulai lebih optimis terhadap prospek jangka pendek harga minyak.
Namun demikian, volatilitas masih mungkin terjadi, terutama jika konflik Iran-Israel kembali memanas atau jika data ekonomi AS tidak sesuai harapan. Untuk saat ini, pasar tetap waspada sambil menantikan perkembangan selanjutnya dari faktor-faktor geopolitik dan kebijakan moneter global.
markom Patitimes.com