Patitimes.com, Teheran, 24 Juni 2025 – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali memanas. Pemerintah Iran tengah mempertimbangkan untuk menutup Selat Hormuz, jalur pelayaran vital bagi pasokan minyak global, sebagai respons terhadap serangan udara Amerika Serikat yang menargetkan fasilitas nuklirnya. Langkah ini dinilai berisiko mengguncang pasar energi global dan memperparah ketidakpastian ekonomi dunia yang sudah tertekan oleh konflik yang melibatkan Iran, Israel, dan AS.
Pada Minggu, 22 Juni, Parlemen Iran telah menyetujui opsi strategis tersebut. Namun, keputusan final masih menunggu persetujuan dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, badan yang memiliki wewenang dalam kebijakan luar negeri dan pertahanan nasional.
Selat Hormuz: Jalur Minyak Terpenting Dunia
Selat Hormuz merupakan jalur sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab, dan dikenal sebagai urat nadi energi global. Berdasarkan data dari Badan Informasi Energi AS (EIA), lebih dari 20 persen konsumsi minyak dunia atau sekitar 18 hingga 20 juta barel per hari melewati jalur ini.
Sebagian besar ekspor minyak mentah dari negara-negara OPEC seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Iran sendiri, bergantung pada Selat Hormuz. Setiap gangguan pada jalur ini dipastikan akan menghambat pasokan energi, mendorong kenaikan tajam harga minyak, dan memicu gejolak ekonomi global.
Negara Asia Paling Rentan
Beberapa negara di Asia, seperti China, India, Jepang, dan Korea Selatan, merupakan importir utama minyak dari kawasan Teluk dan sangat bergantung pada Selat Hormuz. Penutupan selat ini bahkan dapat menyebabkan guncangan pasokan energi di Asia Timur dan Selatan, serta memperburuk inflasi di negara-negara berkembang yang bergantung pada energi impor.
Ancaman Bukan Hal Baru, Tapi Kini Diambang Realisasi
Iran sebelumnya telah berulang kali mengancam akan menutup Selat Hormuz sebagai bentuk perlawanan terhadap sanksi dan tekanan dari Barat, khususnya AS. Namun, hingga saat ini, ancaman tersebut belum pernah direalisasikan secara penuh. Namun, situasi terkini tampaknya menunjukkan bahwa Iran benar-benar mempertimbangkan opsi ekstrem ini.
Sejumlah anggota parlemen Iran menyebut bahwa penutupan selat tersebut merupakan “hak sah Teheran” dalam menghadapi agresi militer AS dan keterlibatan Israel dalam ketegangan regional. Mereka menilai aksi penutupan Selat Hormuz sebagai bentuk pembalasan strategis yang sah dan legal di bawah hukum internasional.
AS Desak China Cegah Penutupan Selat Hormuz
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, langsung bereaksi atas rencana Iran. Dalam pernyataan resminya, Rubio mendesak pemerintah China untuk menggunakan pengaruh diplomatiknya dalam mencegah tindakan Iran tersebut.
“Saya mendorong pemerintah China untuk segera berbicara dengan Teheran. China sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk kebutuhan energinya,” ujar Rubio.
Rubio menegaskan bahwa penutupan Selat Hormuz bukan hanya akan merugikan AS, tetapi juga dapat menyebabkan kehancuran ekonomi global. Ia memperingatkan bahwa efek domino dari gangguan pasokan energi bisa berdampak lebih besar pada negara-negara yang sepenuhnya bergantung pada impor minyak mentah dari kawasan tersebut.
Hingga berita ini ditulis, Kedutaan Besar China di Washington belum memberikan tanggapan resmi terkait pernyataan Rubio.
Pertamina Alihkan Rute, Pastikan Stok BBM Aman
Menyikapi perkembangan situasi tersebut, PT Pertamina (Persero) menyatakan telah mengambil langkah antisipatif. Perusahaan energi pelat merah itu telah mengalihkan rute kapal pengangkut minyak mentah dari jalur Selat Hormuz ke rute alternatif melalui Oman dan India.
Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, pengalihan ini dilakukan untuk menjaga rantai pasok energi nasional tetap aman di tengah potensi krisis.
“Selat Hormuz adalah jalur penting dalam distribusi minyak mentah dunia. Jika terjadi penutupan, akan berdampak langsung pada kelancaran pasokan. Pertamina telah mengamankan jalur alternatif untuk memastikan pengiriman tetap berjalan,” ujar Fadjar dalam keterangan tertulis, Selasa (24/6).
Di sisi lain, stok BBM nasional dinyatakan masih dalam kondisi aman. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Heppy Wulansari, memastikan bahwa cadangan bahan bakar mencukupi untuk kebutuhan nasional dalam jangka pendek dan menengah.
Ancaman yang Patut Diwaspadai Dunia
Situasi di Selat Hormuz kini menjadi pusat perhatian global. Jika Iran benar-benar menutup jalur tersebut, dampaknya tidak hanya akan terasa pada pasar energi, tetapi juga akan memicu ketegangan militer yang lebih besar dan bisa mendorong kawasan menuju konflik terbuka.
Dengan pasar keuangan yang sensitif terhadap fluktuasi harga minyak, potensi penutupan Selat Hormuz menjadi ancaman serius terhadap kestabilan ekonomi global. Negara-negara pengimpor energi di seluruh dunia kini dihadapkan pada tantangan baru dalam menjaga ketahanan energi mereka di tengah konflik yang semakin kompleks.
markom Patitimes.com