Patitimes.com– Restoran Yamagoya Ramen Indonesia yang berlokasi di Tunjungan Plaza 4, Surabaya, baru-baru ini mendapatkan sorotan negatif dari salah seorang pelanggannya. Ulasan buruk tersebut muncul di laman Google Review dan menjadi perhatian khusus karena menyangkut isu kehalalan makanan, terutama bagi konsumen Muslim.
Ulasan Pelanggan Muslim: “Warning Buat yang Muslim”
Akun Google dengan nama Dita Irwandi menulis ulasan dengan nada kecewa dan peringatan untuk sesama pelanggan Muslim agar berhati-hati. Dalam ulasan yang dipublikasikan dua minggu lalu, Dita menyebutkan bahwa dia menemukan menu berbahan daging babi di restoran tersebut, padahal Yamagoya Ramen mengklaim menyediakan makanan “no pork, no lard”.
Dita menuliskan, “Warning buat yang Muslim. Resto ini ada menu babi, tapi ditulis no pork no lard,” yang menjadi kalimat pembuka ulasannya. Ia juga menceritakan bahwa setelah makan, dia melihat ada gambar menu babi terpajang di meja lain, sementara di mejanya tidak terdapat informasi serupa.
Dita menegaskan bahwa sebelum memesan, ia telah membaca label “no pork no lard” pada buku menu yang dia pegang. Karena menggunakan hijab dan menganggap dirinya pelanggan Muslim, Dita merasa tidak diberi tahu oleh staf restoran bahwa ada menu non-halal yang dijual. Saat ia mengajukan protes, barulah dia diberi tahu bahwa ada perbedaan menu khusus bagi pelanggan Muslim.
Ia merasa hal tersebut sebagai bentuk “penipuan terstruktur” yang mengecewakan. Dita juga mengungkapkan, “Saya lebih menghargai resto non-halal yang jujur langsung info ke customer kalau ada menu babi begitu melihat ada customer yang pakai jilbab mau masuk. Big No untuk resto ini. Gak ada sisi positifnya. Baru kali ini saya kasih bintang satu ke resto saking buruknya pengalaman saya di sini.”
Tanggapan Resmi dari Restoran Yamagoya Ramen
Menanggapi ulasan tersebut, pihak manajemen Yamagoya Ramen Surabaya langsung memberikan klarifikasi di kolom Google Review. Mereka mengakui adanya dua varian menu, yaitu menu dengan pork dan menu non-pork.
“Sebelumnya kami memohon maaf atas ketidaknyamanannya. Yamagoya Ramen Surabaya ada dua varian menu yaitu pork dan non-pork. Kami menyediakan dua buku menu, salah satunya yang sudah disortir menu no pork no lard agar pelanggan tidak salah memilih,” tulis manajemen.
Pihak restoran juga menjelaskan bahwa mereka memisahkan seluruh peralatan masak dan makan khusus untuk menu no pork no lard demi menjaga kehalalan. Selain itu, mereka berencana melakukan pelatihan ulang kepada para pelayan agar bisa mengkomunikasikan perbedaan menu ini secara jelas dan tepat kepada pelanggan, khususnya yang Muslim.
“No Pork, No Lard” Bukan Jaminan Makanan Halal
Kasus ini mengingatkan kita bahwa klaim “no pork, no lard” bukanlah jaminan bahwa makanan tersebut halal bagi umat Muslim. Direktur Utama LPPOM MUI, Muti Arintawati, pernah menegaskan pentingnya pemahaman tentang kehalalan yang menyeluruh.
Menurut Muti, kehalalan makanan dalam Islam tidak hanya sekadar bebas dari daging babi, tetapi juga meliputi seluruh proses produksi, mulai dari bahan baku, bahan tambahan, hingga peralatan yang digunakan untuk memasak.
“Menggunakan label ‘No Pork, No Lard’ memang tidak cukup. Karena ada aspek lain yang harus diperhatikan untuk memastikan makanan tersebut benar-benar halal,” jelas Muti.
Sebelum kewajiban sertifikasi halal yang diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 tentang Jaminan Produk Halal, banyak pelaku usaha menggunakan label ini sebagai pengganti. Namun, kenyataannya, tanpa sertifikasi halal resmi dari BPJPH, makanan tetap berisiko mengandung unsur non-halal.
Oleh karena itu, bagi pelanggan Muslim, sangat disarankan untuk memilih tempat makan yang sudah memiliki logo halal resmi dari lembaga berwenang agar tidak salah pilih dan merasa nyaman ketika beribadah lewat makanan.
Pentingnya Informasi Transparan bagi Pelanggan Muslim
Kejadian di Yamagoya Ramen Surabaya ini menegaskan bahwa transparansi informasi mengenai kehalalan makanan menjadi hal yang sangat penting, khususnya bagi restoran yang berada di daerah dengan populasi Muslim cukup besar.
Restoran yang menyediakan menu non-halal sekaligus menu halal harus memberikan informasi yang jelas dan mudah diakses oleh pelanggan. Pelayanan yang proaktif dari staf dalam menjelaskan menu serta penempatan menu yang terpisah akan sangat membantu menghindari kesalahpahaman.
Selain itu, pelatihan bagi karyawan mengenai pentingnya komunikasi yang jelas dan sensitif terhadap kebutuhan pelanggan Muslim wajib dilakukan agar pengalaman makan di restoran menjadi nyaman dan aman.
Kasus ulasan buruk terhadap Yamagoya Ramen di Surabaya ini menjadi pelajaran penting bagi pelaku bisnis kuliner, khususnya restoran yang melayani pelanggan dari berbagai latar belakang agama dan budaya.
Klaim “no pork, no lard” tidak serta-merta menjamin kehalalan makanan. Sertifikasi halal resmi dari lembaga yang berwenang adalah jaminan utama. Selain itu, transparansi informasi dan pelayanan yang ramah serta informatif sangat dibutuhkan untuk membangun kepercayaan pelanggan, khususnya umat Muslim.
markom Patitimes.com