Patitimes.com– Setiap tanggal 5 Juni, dunia memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day. Momentum ini menjadi pengingat bagi seluruh umat manusia bahwa Bumi, satu-satunya rumah yang kita miliki, harus dijaga dan dilestarikan. Tahun ini, peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 mengangkat tema besar: “Together We Can Beat Plastic Pollution” (Bersama, Kita Bisa Kalahkan Polusi Plastik).
Melalui tema ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), khususnya melalui lembaga UN Environment Programme (UNEP), mengajak seluruh pihak untuk bersatu padu dalam upaya menanggulangi krisis sampah plastik yang semakin mengancam keberlanjutan planet ini.
Polusi Plastik, Ancaman Nyata bagi Lingkungan dan Kesehatan
Data UNEP menyebutkan bahwa setiap tahun, 19 hingga 23 juta ton sampah plastik mencemari ekosistem air, termasuk sungai, danau, dan laut. Jumlah ini menciptakan beban besar terhadap lingkungan, menyebabkan kerusakan ekosistem, membahayakan spesies hidup, dan merugikan sektor ekonomi seperti pariwisata.
Dalam sambutannya di Upacara Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Jeju, Korea Selatan, Direktur Eksekutif UNEP, Inger Andersen, menjelaskan betapa seriusnya dampak polusi plastik.
“Sampah plastik mencemari saluran air, memperburuk banjir, dan merusak keindahan alam. Bahkan, mikroplastik telah ditemukan dalam organ tubuh manusia seperti paru-paru, plasenta, hingga ASI. Ini bukan sekadar masalah lingkungan, tapi juga masalah kesehatan global,” tegas Inger.
Perempuan: Pilar Penting dalam Perjuangan Melawan Polusi Plastik
Dalam perjuangan menghadapi krisis lingkungan, peran perempuan menjadi kunci yang tidak bisa diabaikan. Menurut UN Women, kaum perempuan tidak hanya menjadi kelompok yang paling terdampak oleh kerusakan lingkungan, tetapi juga telah lama menjadi agen perubahan dalam pelestarian alam.
“Sejak lebih dari setengah abad, perempuan telah menjadi pionir dalam gerakan lingkungan. Namun sayangnya, partisipasi mereka dalam pengambilan keputusan masih sangat terbatas,” jelas UN Women dalam pernyataan resminya, Rabu (4/6).
Faktanya, hanya 15 persen dari total menteri lingkungan di seluruh dunia yang diisi oleh perempuan. Ini menunjukkan masih adanya kesenjangan gender yang nyata dalam struktur kepemimpinan isu lingkungan global.
Perempuan dan Dampak Perubahan Iklim
UN Women menekankan bahwa perempuan adalah kelompok yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim dan polusi plastik. Banyak perempuan di seluruh dunia yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem alam. Ketika alam rusak—akibat pencemaran air, udara, maupun tanah—mereka yang paling dahulu merasakan dampaknya.
Namun, perempuan juga telah membuktikan bahwa mereka mampu menjadi bagian dari solusi perubahan iklim. Ketika diberi ruang dan kepercayaan, perempuan mampu menciptakan inovasi yang membawa perubahan signifikan dalam pengelolaan lingkungan.
Kisah Inspiratif: Rwanda dan Kepemimpinan Perempuan
Salah satu contoh sukses adalah Rwanda, negara di Afrika yang berhasil menerapkan larangan penggunaan kantung plastik secara nasional. Dalam proses implementasinya, perempuan memegang peranan penting. Mereka menciptakan berbagai solusi ramah lingkungan seperti kemasan pakai ulang (reusable packaging) hingga membangun pusat-pusat daur ulang berbasis komunitas.
“Ini bukan hanya kisah keberhasilan, tetapi strategi yang membuktikan bahwa ketika komunitas perempuan memimpin, kita tidak hanya mengatasi polusi, tetapi juga mengentaskan kemiskinan dan mendorong kesetaraan gender,” kata UN Women.
Menuju COP30: Saatnya Prinsip Jadi Praktik
UN Women menyerukan agar peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun ini juga menjadi momen untuk mewujudkan komitmen nyata menjelang COP30 (Konferensi Perubahan Iklim PBB). Negara-negara di dunia diminta untuk tidak hanya melindungi perempuan dari dampak lingkungan, tetapi juga memberdayakan mereka sebagai pemimpin perubahan.
“Sudah saatnya kita bergerak dari sekadar perlindungan menuju pemberdayaan. Perempuan harus menjadi bagian dari solusi, bukan hanya objek kebijakan,” tegas UN Women.
Aksi Kolektif dan Kepemimpinan Inklusif Kunci Melawan Polusi Plastik
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 bukan hanya momen refleksi, tetapi juga ajakan untuk aksi. Melawan polusi plastik tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja. Butuh kolaborasi dari semua elemen masyarakat—terutama perempuan yang selama ini sudah membuktikan kontribusinya dalam pelestarian lingkungan.
Dengan memberikan akses dan kesempatan setara, dunia tidak hanya akan melihat pemulihan lingkungan yang lebih cepat, tetapi juga terciptanya keadilan sosial dan gender yang sesungguhnya. Maka dari itu, mari jadikan peringatan tahun ini sebagai titik balik menuju masa depan yang lebih hijau, sehat, dan inklusif.
markom Patitimes.com