Simon Tahamata Kembali ke Indonesia: Misi Besar Temukan Bakat Emas Sepak Bola Tanah Air

Patitimes.comDunia sepak bola Indonesia mendapat angin segar dengan kehadiran Simon Tahamata, mantan pemain Ajax Amsterdam dan Timnas Belanda, yang kini ditunjuk sebagai Kepala Pemandu Bakat Sepak Bola Indonesia oleh PSSI. Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Simon menyatakan komitmennya untuk memfokuskan diri mencari dan membina talenta muda asli Indonesia guna mendongkrak prestasi sepak bola nasional.

Simon mengungkapkan bahwa dirinya sejatinya bisa kembali mengabdi di Ajax Amsterdam, klub tempatnya dulu bermain dan meraih berbagai gelar. Namun, pria berdarah Maluku ini memutuskan kembali ke Indonesia karena merasa terpanggil untuk membantu sepak bola tanah air.

“Saya senang saya ada di sini. Alasan saya karena kita punya talenta. Saya bisa kembali ke Ajax, tapi saya memilih pulang ke sini (Indonesia). Saya ingin menolong pemain muda Indonesia,” ujar Simon kepada awak media, Senin (2/6).

Pengalaman Internasional untuk Sepak Bola Nasional

Simon Melkianus Tahamata lahir di Vught, Belanda, pada 26 Mei 1956. Ia adalah mantan pemain sayap lincah yang membela Timnas Belanda antara 1979–1986, serta pernah bermain untuk klub besar seperti Ajax Amsterdam, Standard Liège, dan Feyenoord. Bersama Ajax, Simon menjuarai Liga Belanda tiga kali (1976/1977, 1978/1979, dan 1979/1980), serta meraih Piala KNVB musim 1978/1979. Ia juga membawa Ajax ke semifinal Piala Eropa I musim 1979–1980.

Baca Juga :  PSSI Rekrut Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat

Dengan segudang pengalaman itu, Simon dipercaya untuk memperkuat sistem scouting pemain Indonesia, serta bersinergi dengan pelatih Timnas senior, U-23, U-20, dan U-17. Tugasnya bukan sekadar mendeteksi bakat, namun juga membina dan memastikan adanya regenerasi pemain untuk masa depan sepak bola nasional.

Fokus pada Bakat Lokal, Bukan Diaspora

Simon Tahamata secara tegas menyatakan bahwa dirinya ingin membina anak-anak Indonesia terlebih dahulu, bukan pemain dari luar negeri atau diaspora.

“Saya mau pakai anak-anak Indonesia, bukan Belanda. Saya mulai dengan anak-anak muda di sini. Saya yakin Indonesia bisa menang atas China dan Jepang dengan anak-anak muda kita sendiri,” tegasnya.

Hal ini menunjukkan sikap nasionalis dan optimisme Simon terhadap potensi besar pemain lokal. Ia percaya bahwa pembinaan sejak usia dini adalah kunci untuk menciptakan skuad nasional yang kompetitif dan bisa bersaing di level Asia bahkan dunia.

Baca Juga :  PSSI Rekrut Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat

Membangun Sistem Scouting yang Modern dan Terstruktur

Sebagai Kepala Pemandu Bakat Sepak Bola Indonesia, Simon akan mengembangkan sistem pencarian bakat yang lebih profesional dan efisien. Fokusnya mencakup seluruh wilayah Indonesia, dari tingkat akar rumput hingga kompetisi usia muda yang sudah berjalan.

Simon bertekad menemukan bibit unggul yang dapat dibina secara berkelanjutan. Ia juga akan memperkuat kerja sama dengan pelatih di berbagai level Timnas, guna menyelaraskan hasil scouting dengan kebutuhan tim.

“Peran saya bukan hanya mencari pemain, tapi memastikan mereka berkembang dan bisa masuk ke tim nasional. Saya percaya Indonesia punya banyak sekali potensi,” imbuh Simon.

PSSI dan Dukungan Regenerasi Tim Nasional

PSSI menaruh harapan besar pada peran Simon Tahamata. Di tengah tantangan regenerasi dan kebutuhan pembinaan yang berkelanjutan, hadirnya Simon diharapkan mampu menjadi katalis perubahan yang nyata dalam sistem pembinaan sepak bola Indonesia.

Baca Juga :  PSSI Rekrut Simon Tahamata sebagai Kepala Pemandu Bakat

Melalui kolaborasi antara Simon dan jajaran pelatih Timnas, proses pengembangan pemain muda akan lebih terarah dan memiliki standar internasional. Ini menjadi langkah strategis menuju pencapaian target prestasi jangka panjang Indonesia di kancah sepak bola Asia Tenggara dan Asia.

Kembalinya Simon Tahamata ke Indonesia bukan sekadar nostalgia, melainkan misi besar untuk membangun fondasi kuat bagi masa depan sepak bola nasional. Dengan pengalaman dunia dan semangat nasionalisme, Simon siap menjadi ujung tombak dalam pencarian dan pembinaan bakat muda Indonesia.

Fokus pada pemain lokal, sistem scouting modern, dan kerja sama lintas timnas menjadi tiga pilar utama yang akan dijalankannya. Bila dijalankan konsisten, langkah ini diyakini akan menghasilkan generasi emas sepak bola Indonesia di masa mendatang.