Patitimes.com- Wall Street anjlok pada penutupan perdagangan Selasa, 21 Mei 2025, menandai pembalikan tren positif dalam beberapa sesi terakhir. Tiga indeks saham utama Amerika Serikat—S&P 500, Dow Jones, dan Nasdaq Composite—mengalami pelemahan serentak akibat tekanan dari meningkatnya imbal hasil Treasury dan meningkatnya kekhawatiran terhadap profil utang pemerintah federal AS.
Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) ditutup turun sebesar 0,27 persen ke posisi 42.677, S&P 500 (SPX) turun 0,39 persen menjadi 5.940, dan Nasdaq Composite (IXIC) melemah 0,38 persen ke 19.142.
Tekanan dari Imbal Hasil Treasury dan RUU Pajak Trump
Pelemahan indeks saham AS hari ini sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap utang pemerintah yang terus meningkat. Rencana reformasi pajak Presiden Donald Trump kembali memicu kegelisahan pasar. Trump diketahui melakukan kunjungan ke Capitol Hill untuk melobi Partai Republik agar mendukung RUU pajak kontroversial, namun mayoritas anggota partainya sendiri menolak proposal tersebut.
RUU pajak ini dinilai akan menambah beban utang nasional hingga USD 3-5 triliun, di luar utang federal AS yang saat ini telah mencapai USD 36,2 triliun. Hal ini menambah tekanan pada pasar keuangan dan membuat investor memilih untuk menahan posisi.
Menurut Garrett Melson, Ahli Strategi Portofolio di Natixis Investment Managers, kondisi pasar saat ini sedang dalam fase koreksi alami setelah reli panjang.
“Ini adalah saat yang tepat untuk menekan tombol jeda. Pasar sedang berkonsolidasi dan menyesuaikan diri di bawah permukaan,” ujarnya.
Indeks S&P 500 Akhiri Kenaikan 6 Hari Berturut-Turut
S&P 500 turun setelah mencetak rekor kenaikan selama enam hari berturut-turut. Indeks ini menjadi perhatian utama investor karena mewakili 500 perusahaan publik terbesar di AS. Pada saat yang sama, Dow Jones juga mematahkan tren kenaikan tiga s
esi sebelumnya, sementara Nasdaq mengakhiri dua hari kemenangan beruntun.
Dari 11 sektor di S&P 500, delapan sektor ditutup melemah. Sektor energi, layanan komunikasi, dan barang konsumsi diskresioner menjadi sektor dengan penurunan tertajam. Sementara itu, sektor utilitas, kesehatan, dan kebutuhan pokok konsumen masih mencatatkan kenaikan moderat.
Investor Pantau Kebijakan The Fed dan Peringkat Kredit AS
Selain isu fiskal, kebijakan moneter The Federal Reserve juga menjadi sorotan utama. Beberapa pejabat Federal Reserve dijadwalkan memberikan komentar mengenai prospek suku bunga. Salah satunya adalah Presiden Federal Reserve St. Louis, Louis Alberto Musalem.
Lembaga pemeringkat kredit seperti Moody’s, Fitch, dan S&P Global Ratings juga telah menurunkan peringkat utang pemerintah AS, mengutip risiko jangka panjang dari profil utang yang membengkak.
Menurut data dari London Stock Exchange Group (LSEG), pasar kini memperkirakan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali pada akhir tahun 2025, masing-masing sebesar 25 basis poin, dengan pemangkasan pertama diperkirakan terjadi pada bulan September.
Imbal Hasil Treasury Naik, Saham Teknologi Terkoreksi
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik tipis 0,4 basis poin menjadi 4,481 persen, menambah tekanan pada sektor saham, terutama saham-saham teknologi dengan valuasi tinggi.
Saham Home Depot turun 0,6 persen meskipun melaporkan hasil kuartalan yang mengalahkan ekspektasi analis. Di sisi lain, saham Tesla menguat tipis 0,5 persen setelah CEO Elon Musk menyatakan komitmennya untuk tetap menjabat selama lima tahun ke depan, dalam sebuah forum ekonomi di Qatar.
Namun, saham teknologi raksasa lainnya seperti Nvidia mengalami koreksi. Nvidia dijadwalkan merilis laporan keuangan pada 28 Mei, dan investor masih menunggu arah performa perusahaan chip tersebut.
Data Pasar Saham AS: Volume, Rasio, dan Pergerakan Tertinggi
Pada bursa New York Stock Exchange (NYSE), jumlah saham yang turun melampaui yang naik dengan rasio 1,37 banding 1. Tercatat ada 219 saham mencetak harga tertinggi baru, dan 33 saham mencetak harga terendah baru.
S&P 500 sendiri membukukan 19 tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir, tanpa ada level terendah baru. Sementara itu, Nasdaq Composite mencatatkan 59 tertinggi baru dan 46 terendah baru.
Volume perdagangan di seluruh bursa AS mencapai 16,14 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata harian selama 20 hari terakhir yang berada di angka 17,38 miliar saham.
Wall Street anjlok pada perdagangan 21 Mei 2025 seiring dengan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap utang pemerintah AS dan tekanan dari imbal hasil Treasury yang naik. Koreksi ini menandai fase konsolidasi pasar setelah reli panjang yang dipimpin oleh S&P 500 dan Nasdaq. Ketidakpastian seputar kebijakan pajak dan arah suku bunga The Fed akan terus menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan pasar dalam beberapa pekan ke depan.
markom Patitimes.com