KFC Indonesia Dapat Suntikan Modal dari Gelael dan Grup Salim, Alfamart Resmi Akuisisi Lawson

Patitimes.com– Kabar penting dari dunia bisnis dan korporasi datang dari dua merek besar yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia, yaitu KFC Indonesia dan Alfamart. Pada Kamis, 15 Mei 2025, dua aksi korporasi besar ini menjadi sorotan utama: KFC meminta tambahan modal dari dua pemegang saham utamanya, sementara Alfamart mengumumkan akuisisi saham Lawson Indonesia.

KFC Indonesia Ajukan Tambahan Modal Melalui Skema Private Placement

PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pemegang lisensi waralaba restoran cepat saji KFC di Indonesia, tengah menghadapi tantangan keuangan yang cukup serius. Perusahaan ini memutuskan untuk mengajukan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau biasa dikenal sebagai private placement, kepada dua pemegang saham utamanya: PT Gelael Pratama dan Grup Salim melalui PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET).

Aksi korporasi ini bertujuan untuk memperbaiki struktur keuangan perusahaan yang sedang mengalami tekanan. FAST berencana menerbitkan sebanyak 533.333.334 saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 150 per saham. Dengan demikian, dana segar sebesar Rp 80 miliar ditargetkan masuk ke kas perusahaan.

Alokasi Dana untuk Modal Kerja dan Efisiensi Operasional

Dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen FAST menjelaskan bahwa dana hasil private placement akan digunakan untuk modal kerja. Sebanyak Rp 52 miliar dialokasikan untuk pengadaan persediaan dan pelunasan kewajiban jangka pendek, sementara Rp 28 miliar akan digunakan untuk efisiensi operasional, termasuk pengelolaan biaya tenaga kerja.

FAST mengungkapkan bahwa perusahaan saat ini mencatat defisit modal kerja bersih sebesar Rp 1,67 miliar. Selain itu, pendapatan perusahaan juga mengalami penurunan cukup signifikan, yaitu dari Rp 5,93 triliun pada tahun 2023 menjadi hanya Rp 4,87 triliun pada tahun 2024. Penurunan pendapatan ini disertai dengan berkurangnya jumlah gerai KFC, dari 762 gerai pada 2023 menjadi 715 gerai pada 2024.

Lebih lanjut, liabilitas perusahaan tercatat mencapai 96 persen dari total aset, sebuah indikator tekanan keuangan yang cukup tinggi.

Kepemilikan Gelael dan Salim Meningkat

Sebagai bagian dari skema ini, dua pemegang saham utama akan menyerap mayoritas saham baru. Setelah proses PMTHMETD selesai, kepemilikan saham Gelael akan meningkat dari 40 persen menjadi 41,18 persen, sedangkan Grup Salim melalui DNET naik dari 35,84 persen menjadi 37,51 persen. Ini menandakan bahwa kedua pihak tetap berkomitmen mendukung eksistensi dan restrukturisasi KFC di Indonesia.

Alfamart Resmi Akuisisi Lawson Indonesia

Sementara itu, kabar lain datang dari sektor ritel. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), induk usaha Alfamart, mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi saham Lawson Indonesia dari PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI).

Alfamart melalui AMRT membeli sebanyak 1.484.855.160 lembar saham PT Lancar Wiguna Sejahtera (pengelola Lawson Indonesia) dari MIDI. Nilai transaksi mencapai Rp 200,45 miliar, atau setara dengan Rp 135 per saham.

Transaksi Bukan Benturan Kepentingan

Corporate Secretary AMRT, Tomin Widian, menegaskan bahwa transaksi ini tidak termasuk benturan kepentingan sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK (POJK) 42/2020, dan juga bukan transaksi material menurut POJK 17/2020. Oleh karena itu, akuisisi ini tidak memerlukan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi ekspansi dan penguatan portofolio ritel Alfamart di pasar convenience store Indonesia, yang semakin berkembang dan kompetitif.

Implikasi Bagi Dunia Usaha dan Konsumen

Aksi korporasi yang dilakukan oleh KFC Indonesia dan Alfamart ini menunjukkan dinamika yang menarik dalam sektor makanan cepat saji dan ritel tanah air. KFC, yang menghadapi tantangan finansial dan penurunan jumlah gerai, mencoba bangkit dengan dukungan dari para pemegang saham utama. Di sisi lain, Alfamart justru memperluas jangkauan bisnisnya dengan masuk lebih dalam ke pasar convenience store melalui akuisisi Lawson.

Bagi investor dan pelaku pasar, kedua kabar ini memberikan sinyal penting: satu sisi menunjukkan perlunya restrukturisasi dan efisiensi, sementara sisi lainnya menegaskan agresivitas ekspansi dalam menguasai pasar ritel Indonesia.

Berita Terkait