Patitimes.com– Direktur Utama Perum Bulog, Novi Helmy, dalam rapat Komisi IV DPR di Senayan pada Selasa (11/3), mengklaim bahwa beras impor sebanyak 300.000 ton yang sebelumnya dicap rusak, sebenarnya masih dalam kondisi baik. Ia menyatakan bahwa Bulog telah melakukan pemeliharaan berkala terhadap beras-beras impor tersebut, yang sudah disimpan selama sekitar enam bulan di gudang. Novi menegaskan bahwa perawatan yang dilakukan secara berkala itu memastikan kondisi beras impor tetap layak meskipun sudah dalam penyimpanan cukup lama.
Pemeliharaan Berkala untuk Menjaga Kualitas Beras
Lebih lanjut, Direktur Pengadaan Bulog, Prihasto Setyanto, mengungkapkan bahwa Bulog memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang jelas terkait pemeliharaan beras impor. Setyanto menambahkan bahwa perawatan beras dilakukan secara rutin, terutama dengan melakukan perawatan terhadap fungsi sanitasi di gudang penyimpanan. “Kami merawat beras dengan cara yang rutin. Secara berkala, kami melakukan perawatan terhadap stok beras. Kami memiliki banyak stok yang perlu dipantau kualitasnya,” ujar Setyanto. Dengan demikian, meskipun terdapat kerusakan pada sebagian beras, Bulog tetap memastikan stok yang tersisa dapat bertahan dengan kualitas yang terjaga.
Kerugian Negara Akibat Beras Impor yang Rusak
Namun, meskipun ada klaim bahwa beras impor tersebut masih dalam kondisi baik, berita tentang kerusakan 300.000 ton beras yang disimpan di gudang Bulog memunculkan kekhawatiran. Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PDIP, Mufti Anam, mengungkapkan bahwa kerugian negara akibat kerusakan beras tersebut diperkirakan mencapai Rp 3,6 triliun. “Jika dihitung, 300.000 ton beras itu setara dengan 300 juta kilogram. Jika harga per kilogramnya Rp 12.000, kerugian yang ditanggung negara mencapai Rp 3,6 triliun. Itu adalah uang negara yang bisa terbuang sia-sia,” kata Mufti Anam.
Kerugian yang cukup besar ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat, mengingat bahwa beras adalah komoditas pangan yang sangat vital dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional. Keterlambatan dalam penanganan dan penyimpanan beras impor di gudang Bulog bisa mengakibatkan kerugian yang signifikan baik dari sisi ekonomi maupun sosial.
Perawatan Gudang untuk Mencegah Serangan Hama
Menyikapi masalah kualitas beras yang disimpan dalam waktu lama, Direktur Supply Chain Pelayanan Publik Perum Bulog, Mokhamad Suyamto, mengungkapkan bahwa beras sebagai komoditas pangan memang rentan terhadap serangan hama, terutama selama proses penyimpanan. Beras yang disimpan dalam jangka panjang dapat menjadi sasaran empuk bagi kutu atau hama lainnya. Oleh karena itu, Bulog melakukan berbagai langkah untuk mencegah agar beras tidak terkontaminasi oleh hama yang bisa merusak kualitas beras tersebut.
Suyamto menjelaskan bahwa Bulog telah menerapkan konsep Pengelolaan Hama Gudang Terpadu (PHGT) yang melibatkan pemantauan kualitas beras dan serangan hama secara rutin oleh petugas gudang. “Beras yang disimpan dalam waktu yang lama sangat berpotensi terinfeksi hama. Kami sudah melakukan pemantauan secara terus menerus, dan jika ditemukan adanya serangan hama, kami segera melakukan tindakan seperti penyemprotan (spraying) dan fumigasi,” ujarnya.
Langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa beras yang akhirnya dikeluarkan dari gudang tetap bebas dari hama dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Penyemprotan pestisida atau fumigasi adalah metode yang efektif untuk membunuh hama tanpa merusak kualitas beras, sehingga pemeliharaan beras tetap dapat dilakukan dengan baik.
Keberlanjutan dan Transparansi dalam Pengelolaan Beras Impor
Dengan adanya masalah beras impor yang rusak, masyarakat dan pihak legislatif menuntut agar Perum Bulog lebih transparan dalam mengelola stok beras, khususnya yang diimpor dari luar negeri. Salah satu perhatian yang muncul adalah pentingnya pemeriksaan kualitas beras yang lebih ketat sebelum masuk ke gudang penyimpanan. Pemerintah perlu memastikan bahwa beras yang masuk ke gudang Bulog memiliki kualitas yang baik dan tidak akan rusak selama proses penyimpanan.
Selain itu, pengelolaan yang lebih baik terhadap stok beras dan pemeliharaan yang rutin juga sangat diperlukan untuk menghindari kerugian lebih lanjut. Transparansi dalam pelaporan kondisi beras yang disimpan, serta pengelolaan yang lebih efisien, akan membantu meminimalisir kerugian negara.
Meski Perum Bulog berusaha menjaga kualitas beras impor melalui pemeliharaan dan penerapan SOP yang ketat, fakta bahwa ada kerusakan pada 300.000 ton beras tetap menjadi masalah serius. Kerugian yang ditimbulkan akibat rusaknya beras impor ini mengharuskan Bulog dan pemerintah untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap pengelolaan stok beras dan pemeliharaan yang dilakukan di masa depan. Tindakan preventif seperti pengelolaan hama yang lebih terintegrasi dan pemantauan kualitas yang lebih ketat harus terus diterapkan agar kerugian serupa tidak terulang di masa yang akan datang.
markom Patitimes.com